Berita dunia terkini – Saat ini, ada sekitar 4.600 warga Rohingya yang bertempat tinggal di kamp di Titik Nol, dan mereka dilarang untuk kembali ke desa oleh pihak berwenang Myanmar. Beberapa pengungsi juga sempat menceritakan kehidupan mereka yang tanpa kejelasan, dan hanya bisa mengandalkan bantuan dari pihak asing dan juga tidak memiliki pekerjaan. Nur al-Amin, seorang warga Rohingnya berkata “Tidak ada pekerjaan di sini dan tidak ada yang harus dilakukan,” katanya, sambil menceritakan rutinitas yang monoton. “Saya bangun pada saat fajar dan berdoa, saya membaca Al-Quran, kemudian saya tidur siang sambil menunggu agen-agen pemberi bantuan datang,” tutur al-Amin, yang berumur sekitar 40-an. Al-Amin hanya salah satu dari 4.600 pengungsi Rohingya yang terdampar di sebuah kamp di tanah tak bertuan yang terletak di perbatasan Myanmar-Bangladesh, dimana tempat itu dikenal sebagai Titik Nol. Bagi al-Amin, yang dulu mempunyai lahan padi di desanya di Panipara, Muangdaw, Myanmar, ini adalah ketiga kalinya ia menjadi pengungsi. Yang pertama ialah pada tahun 1978, ketika ia masih anak-anak yang menghabiskan satu tahun di sebuah kamp pengungsi Bangladesh setelah lari dari kekerasan anti-Rohingya oleh Myanmar. Kemudian tahun 1992, al-Amin mengungsi untuk kedua kalinya dan hidup sebagai pengungsi selama delapan tahun.

Al-Amin menjadi pengungsi kali ketiga pada tahun lalu, tanggal 27 Agustus 2017, saat dia dan keluarganya melarikan diri dari penumpasan tentara Myanmar di Rakhine. Eksodus massal tersebut terjadi setelah militer Myanmar memberi serangan balasan menyusul serangan oleh ARSA/Arakan Rohingya Solidarity Army. Hingga saat ini, sekitar 700 ribu orang Rohingya atau kelompok etnis mayoritas Muslim yang digambarkan kaum minoritas paling teraniaya di dunia, telah mengungsi dan menghuni di beberapa kamp pengungsi di Cox’s Bazar, Bangladesh. Berita dunia terkini mengabarkan bahwa dua putra Al-amin terluka karena ledakan ranjau, satu ada di kepala dan yang lain di dada. Kondisi mereka agak membaik, setelah dirawat di rumah sakit Bangladesh.

Al-Amin mengaku bahwa kedua putranya beruntung karena tidak kehilangan anggota badan mereka. Dia ingat ketika melihat seorang wanita berusia 45 tahun yang kehilangan kedua kakinya akibat ledakan ranjau yang ditempatkan di lubang di pagar.
Demikian berita dunia terkini dari matamatapolitik.com. Jika Anda ingin mengetahui seluk beluk dunia, maka kunjungi saja situs matamatapolitik.com.

By News